Betapa berharganya senyuman disaat kumpul dengan keluarga. Hal ini memang terkesan sederhana, namun masih banyak orang diluar sana yang mengabaikan momen- momen ini dengan orang tua mereka. Ujian, cobaan, dan rencana yang Allah berikan kepada hambanya pasti ada untuk menguji kekuatan seorang. Tetesan air mata yang kini kian deras membasahi tubuhnya, melamun tanpa arah tujuan, hati yang terasa hampa tanpa adanya rasa membuat anak ini mengawali langkahnya.
Berkisah tentang seorang remaja bernama Insyira Mahrina yang menjalani hidupnya seorang diri. Mengharapkan kasih sayang dari orang tua namun Tuhan berkehendak lain. Ibunya meninggalkan Insyira saat di genap berusia 16 tahun, lalu 1 tahun kemudian Ayahnya menyusul kepergian sang Ibu.
Awalnya Insyira belum bisa menerima takdir yang Tuhan berikan. Setiap hari rasa sedih selalu menyelimutinya, Insyira seringkali berfikir bahwa takdir yang menimpanya sangalah tidak adil. Dimana saat anak seumurannya asik berkumpul bersama keluarga namun berbeda dengan insyira yang sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya. Disamping sisi Insyira tidak memiliki kedua orang tua untuk mendengarkan kisahnya, Insyira bersyukur masih memiliki seorang nenek yang sayang padanya dan menemani hari-harinya setelah kepergian kedua orangtuanya. Jika menangis adalah obat yang bisa membuat kita bangkit, maka menangislah sejadi-jadinya di hadapan-Nya dalam sujud dan doa. Neneknya selalu berpesan “nak semua yang telah terjadi itu atas izin Allah, Insyira tidak boleh mengeluh dengan keadaan meskipun ayah dan ibu insyira sudah tiada tapi insyira kan masih punya nenek. Nenek tau insyira anak yang kuat, percayalah nak akan ada kebahagiaan dibalik cobaan ini”.
Insyira bukan tipe orang yang suka menceritakan masalahnya kepada orang lain sekalipun terhadap sahabat sendiri, Insyira lebih suka menuangkan segala kesedihan melalui buku diary miliknya. Hobinya yang gemar menulis kini bisa menyalurkan bakatnya menjadi sebuah cerita dan dipublikasikan lewat media sosial yang dimilikinya. Tak disangka karyanya disukai banyak orang, selang beberapa waktu kemudian seorang penerbit mengangkat cerita insyira untuk dijadikan sebuah novel. Waktu yang cukup singkat untuk bisa mengembangkan karya yang dia buat. Dari situlah insyira menekuni aktivitas menulisnya, satu per satu karyanya menuai hasil sehingga insyira dapat membiayai sekolahnya sendiri.
Akhirnya insyira pun sadar jika tangisnya selama ini menumbuhkan sebuah senyuman yang telah lama hilang sejak 2 tahun yang lalu setelah kepergian kedua orang tua. Insyira pikir hidupnya tidak ada lagi kebahagiaan, namun Allah mempunyai rencana yang lebih baik untuknya. Insyira berpegang teguh pada kandungan surah AL-Baqarah ayat 286: “Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya “.
"Setiap manusia mempunyai takdirnya masing-masing, jika masalah sebesar kapal maka kebahagiaan menanti seluas lautan. Air mata yang mengalir dipipi suatu hari akan tergantikan dengan lengkungan indah dibibir."
Fd
1 Komentar
ntap!
BalasHapus